Rabu, 16 November 2022

Arsitektur Kesehatan Global

 

Arsitektur Kesehatan Global


Indonesia telah berhasil melewati pandemic Covid-19, menjadi momen yang tidak bisa dilupakan, dua tahun sudah kita hidup berdampingan dengan Covid-19. Begitu banyak dampak yang sudah dirasakan, baik kehilangan orang-orang tersayang maupun kehilangan pendapatan berupa pekerjaan.

Pandemi tidak hanya berimbas terhadap individu tetapi juga berimbas bagi kelompok tertentu dan juga negara-negara di dunia. Selain krisis kesehatan, negara-negara banyak terkena imbas pada pertumbuhan ekonomi nya. Gelombang demi gelombang pandemi yang tak kunjung usai, juga turut mempengaruhi pemulihan ekonomi di seluruh dunia.

Pemulihan Tak Merata

Penanganan terhadap Covid-19 belum dilaksanakan secara merata, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan fasilitas berupa vaksin dan juga alat-alat kesehatan. Hal tersebut menjadi kendala dalam penanganan kesehatan serta pemulihan ekonomi secara global.

“Ini adalah sebuah tantangan baru yang berkembang dengan proses pemulihan ekonomi yang tidak merata. Tidak meratanya karena masalah pandemi dan vaksinasi, juga karena tidak meratanya karena memang ada negara yang masih tertinggal dalam memulihkan ekonominya. Oleh karena itu, semangat kooperasi atau kerjasama ini menjadi sangat penting,” tutur Menteri Keuangan dalam konferensi pers penutupan pertemuan pertama Finance Minister and Central Bank Governor (FMCBG) G20.

Hal ini pun diamini oleh Teuku Riefky, Ekonom LPEM UI. Menurutnya ketidakselarasan antara negara maju dan negara berkembang terlihat jelas dan nyata saat pandemi.

“Isu kesehatan ini sudah terlihat dan memang solusinya ini masih jelas ada ketidakselarasan antara negara maju dan negara berkembang. Kita lihat fasilitas kesehatan belum memadai di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah. Bahkan banyak yang put the blame atau menyalahkan kenapa muncul varian Delta atau Omicron. Itu karena memang negara maju menahan hak paten vaksin,” ujar Teuku Riefky, Ekonom LPEM UI.  

Piter Abdullah Redjalam, Direktur Riset CORE Indonesia, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada protokol global di sektor kesehatan yang dapat membantu krisis kesehatan selayaknya sektor keuangan global yang memiliki International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.

“Kerja sama internasional terkait dengan kesehatan ini belum ada protokol yang bisa mengatur secara otomatis yang ketika sebuah negara khususnya negara misalnya negara berkembang mengalami permasalahan kesehatan yang berpotensi sistemik. Ini perlu sekali disuarakan dalam Presidensi G20 Indonesia,” ungkap Piter dalam Indonesia Bicara edisi Jumat, 11 Februari 2022.

Ibrah pandemi jadi agenda prioritas G20

Salah satu pelajaran penting yang didapat dari pandemi Covid-19 adalah bahwa saat ini arsitektur kesehatan global lambat dalam merespon pandemi dan tidak siap untuk mencegah keadaan darurat kesehatan masyarakat di masa depan. Untuk itu, arsitektur kesehatan global menjadi salah satu agenda prioritas pada Presidensi G20 Indonesia yang bertemakan “Recover Together, Recover Stronger”.

Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu, Indonesia membawa logika baru tentang pentingnya arsitektur kesehatan global. Kedepannya, dunia mungkin akan menghadapi pandemi yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Maka, sistem kesehatan yang saling terkait dan mendukung antar negara menjadi kebutuhan yang mendesak.

“Kita ingin pastikan bahwa arsitektur kesehatan global itu adalah sistem yang saling terkait dan saling mendukung satu sama lain, khususnya adalah kita melihat bagaimana banyak negara yang miskin misalnya, sistem kesehatannya tidak mumpuni. Pada saat kondisi seperti sekarang ini, dunia itu bisa pulih dari pandemi hanya kalau semua negara itu pulih dari pandemi. Nah, ini bentuk arsitektur kesehatan yang harus kita pikirkan bersama-sama dengan negara G20,” tutur Febrio dalam CNN Indonesia News Report pada Rabu, 16 Februari 2022.

Memperkuat arsitektur kesehatan global menjadi salah satu fokus utama yang didiskusikan dalam forum G20. Tujuannya agar dunia dapat lebih tangguh dalam menghadapi ancaman di bidang kesehatan seperti pandemi yang mungkin dapat terjadi di masa depan serta mempersiapkan generasi mendatang yang lebih baik.

“Pandemi dan kondisi darurat kesehatan lainnya akan terjadi dan tidak ada satu negara dan institusi yang akan dapat mengatasi permasalahan kesehatan tersebut sendirian. Kita harus mengatasinya bersama-sama, tidak bisa eksklusif. Permasalahan kesehatan harus diselesaikan secara inklusif dan respon kolektif dari Forum G20 ini adalah akan menentukan trajectory dari pandemi saat ini dan juga di masa depan,” tutur Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dalam High Level International Seminar: Strengthening Global Health Architecture pada Kamis, 17 Februari 2022.

‘Menata Ulang Arsitektur Kesehatan Global’ menjadi tema yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sebagai ketua dari Health Working Group. Dari tema tersebut, akan ada tiga agenda prioritas dari bidang kesehatan yang akan didorong selama Presidensi G20 Indonesia 2022 berlangsung. Ketiga agenda tersebut adalah membangun ketahanan sistem kesehatan global, menyelaraskan standar protokol kesehatan global, dan mengembangkan pusat manufaktur dan pengetahuan global untuk Prevention, Preparedness, dan Response (PPR) atau pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi.

Perkuat ketahanan sistem kesehatan global


Menurut Menteri Kesehatan, dalam membangun ketahanan sistem kesehatan global, ada tiga strategi kebijakan yang akan dilakukan. Pertama, menyusun dan membangun mekanisme Global Health Fund. Strategi ini merupakan tindak lanjut dari agenda G20 di Italia. Saat ini, Indonesia dalam penyusunan mekanisme tersebut mendapat bantuan dari tim World Health Organization (WHO) dan tim World Bank.

“Mengapa dana ini diperlukan? Sebab kita membutuhkan tenaga dan kecepatan yang mumpuni dalam menghadapi pandemi berikutnya di masa datang. Kita harus memiliki kapasitas pendanaan dan kecepatan dalam memutuskan penyaluran dana saat terjadi krisis kesehatan di dunia,” tutur Menkes.

Strategi kedua yang dilakukan dalam membangun ketahanan sistem kesehatan global adalah dengan membuka akses penanggulangan darurat kesehatan. Menurut Menkes, memiliki dana saja tidak cukup, tetapi perlu dibarengi dengan terbukanya akses terhadap alat-alat dan fasilitas kesehatan.

“Contohnya Indonesia, saat pandemi kita memiliki uang namun kita memiliki keterbatasan dalam mengakses masker, ventilator, dan juga vaksin. Jadi, kita perlu membuka akses agar dana yang dimiliki juga bisa digunakan untuk membeli alat-alat kesehatan dalam menanggulangi krisis kesehatan yang muncul. Kerja sama semacam ini perlu terus diperkuat di masa depan, sebab sekali lagi dalam krisis kesehatan memiliki dana saja tidaklah cukup,” terang Menkes.

Pembentukan platform genome sequence data secara global menjadi strategi ketiga yang harus dilakukan. Berkaca dari pengalaman pandemi Covid-19 saat virus mulai menyebar di Wuhan, dalam beberapa pekan data sekuens genom yang diunggah dapat diakses, tetapi hanya oleh para peneliti di Amerika Serikat, peneliti Moderna dan juga peneliti Jerman dari BioNTech. Formalisasi platform global berbagi data sekuens genom perlu dilakukan agar semua pihak dapat mengaksesnya.  

“Kecepatan akses data sangat dibutuhkan terutama di masa pandemi sebab penyebaran virus juga sangat cepat. Itu yang menjadi tujuan utama kami. Dalam masalah kesehatan dan kemanusiaan, lupakan persoalan geopolitik, lupakan soal ekonomi, siapa yang mendapatkan datanya. Namun, fokuslah pada nyawa yang bisa diselamatkan,” ujar Menkes.

 Indonesia mendorong agar sistem protokol kesehatan global bisa seperti protokol imigrasi yang memiliki standar yang sama di seluruh dunia.  

Harmonisasi standar protokol kesehatan global


Prioritas kedua yang diusung oleh Indonesia dalam Presidensi G20 2022 adalah standardisasi protokol kesehatan global untuk seluruh negara di dunia. Hal ini bertujuan agar terdapat keseragaman di seluruh dunia terkait aturan PCR, karantina, dan protokol kesehatan

“Harmonisasi standar protokol kesehatan global untuk membuka mobilitas antarnegara. Meskipun menimbulkan risiko, namun harmonisasi pedoman kesehatan dibutuhkan sejalan dengan konektivitas sistem kesehatan untuk perjalanan internasional,” ujar Menkeu.

Indonesia mendorong agar sistem protokol kesehatan global bisa seperti protokol imigrasi yang memiliki standar yang sama di seluruh dunia.  

“Ketika anda pergi ke satu negara, ada yang menetapkan aturan untuk tes PCR dan vaksin sebagai jaminan. Namun, jika pergi ke negara berbeda, aturannya berbeda lagi. Kita memerlukan proses seperti proses imigrasi di mana setiap negara yang anda datangi, anda memerlukan satu dokumen yang disebut paspor sehingga jika anda memiliki (dokumen) itu proses imigrasinya lancar,” ujar Menkes

Hingga saat ini, Indonesia telah menyeragamkan protokol kesehatannya dengan Arab Saudi. Data yang ada di PeduliLindungi telah terintegrasi dengan aplikasi Tawakkalna milik Arab Saudi. Selain itu, kerja sama Indonesia dengan ASEAN Communities serta Uni Eropa untuk menyamakan standar protokol kesehatan sesuai anjuran WHO juga sedang dilakukan.


Pembentukan manufaktur global dan pusat pengetahuan pandemi

Respons pandemi atau pandemic prevention, preparedness dan response (pandemic PPR) juga menjadi fokus. Oleh karena itu, strategi ketiga yang perlu dilakukan adalah mengembangkan pusat manufaktur dan pengetahuan global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi. Harapannya, melalui upaya tersebut seluruh negara akan memiliki kemampuan yang sama dalam menghadapi kemungkinan pandemi yang akan datang.

"Ini akan terdiri dari ekspansi manufaktur global untuk vaksin, therapeutic, dan diagnostik untuk negara bekembang sejalan dengan sharing knowledge untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi selama krisis," ujar Menkeu.

Idealnya, pusat manufaktur dan pengetahuan tersebut terdapat di berbagai negara dan bukan hanya di negara-negara maju saja. Maka dari itu, diperlukan proses transfer pengetahuan atau kompetensi dari institusi atau universitas di negara maju ke negara berkembang. Ini diperlukan agar Global Network of Knowledge dapat dibangun.

“Jika pandemi melanda suatu negara, bisa mengakibatkan negara tersebut runtuh. Kapasitas produksi dan ilmu yang dimiliki para ilmuwan di negara tersebut pun berpotensi hilang. Jika itu terjadi maka kita masih memiliki pusat manufaktur dan pengetahuan di wilayah lain. Indonesia sangat berkomitmen untuk membangun hub manufaktur global terutama di wilayah Selatan.

Dari agenda-agenda prioritas di bidang kesehatan yang diusung Indonesia dalam Presidensi G20 tersebut di atas, ada harapan yang besar agar kerja sama kesehatan antar negara semakin solid. Tidak hanya itu, harapan lain adalah agar modal dunia juga mulai digerakkan semakin kuat ke arah investasi di sektor kesehatan.

Pandemi Covid-19 telah memperlihatkan ke pada dunia, bahwa krisis di sektor kesehatan berimplikasi signifikan ke berbagai sektor lainnya terutama ekonomi. Untuk mengatasinya dengan cepat dan tepat, sinergi antar negara menjadi kunci. Mengutip kata-kata Menkes “Jika Anda ingin melangkah cepat, Anda bisa melangkah sendiri. Namun, jika Anda ingin melangkah jauh maka Anda perlu melangkah bersama-sama. If you want to go fast; you can go alone but if you want to go far then you need to go together”.

Kasus penyakit gigi meningkat selama pandemi, penyesuaian layanan dan pemanfaatan teknologi menjadi solusi


Meningkatnya kasus kerusakan gigi dan penyakit gusi di seluruh dunia, merupakan konsekuensi yang muncul akibat pandemi COVID-19.

Di Australia, pandemi menyebabkan meningkatnya persentase penduduk dewasa dengan kerusakan gigi yang tidak diobati dari 25,5 % menjadi 32,1%. Penelitian terbaru di Jepang menunjukkan bahwa pengurangan pendapatan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, tekanan psikologis, dan penundaan kunjungan pasien ke dokter gigi berkaitan dengan peningkatan keluhan gigi.

Di Indonesia, kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memburuk sebagai dampak pandemi turut memengaruhi status kesehatan gigi dan mulut.

Walau pandemi belum mereda, sudah ada beberapa kemajuan yang mempermudah masyarakat menjaga kesehatan. Kemajuan ini kita harapkan terus bermanfaat saat pandemi usai nanti.

Keraguan ke dokter

Penundaan kunjungan pasien mulai terjadi pada awal masa pandemi karena para dokter gigi diminta menghentikan layanan untuk sementara kecuali layanan kasus darurat. Ini mengingat dokter gigi termasuk ke dalam salah satu kelompok berisiko tinggi terpapar virus SARS-CoV-2 yang dapat berasal dari droplet atau air liur pasien.

Hasil berbagai penelitian menunjukkan bahwa jumlah virus SARS-CoV-2 sangat banyak ditemukan di naso-orofaring dan saliva.

Beberapa tindakan kedokteran gigi, misalnya yang menggunakan bor berkecepatan tinggi dapat memproduksi aerosol dalam jumlah yang besar, dapat meningkatkan risiko penularan.

Masyarakat kemudian cenderung merasa ragu untuk melakukan perawatan gigi karena risiko ini dan menghindari berobat ke dokter gigi serta menunda kunjungan perawatan rutin sampai situasi membaik.

Akibatnya, masalah gigi dan mulut yang tidak ditangani menjadi parah, misalnya terjadinya abses karena lubang gigi yang tidak diobati, atau makin meluasnya kerusakan pada jaringan penyangga gigi.

Menurut pengamatan saya, di beberapa fasilitas kesehatan tingkat pertama selama masa pandemi menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit infeksi pada jaringan pulpa (pulpitis). Ini terjadi karena lubang gigi yang tidak tertangani serta tingkat keparahan radang pada gusi dan jaringan penyangga gigi yang lebih tinggi.

Meningkatnya kasus penyakit gigi dan gusi di masyarakat selama pandemi menunjukkan adanya kebutuhan akan layanan kesehatan gigi dan mulut, namun masyarakat kesulitan untuk mendapatkan akses perawatan gigi - terutama pada masa penghentian sementara praktik dokter gigi selama empat bulan pertama pandemi.

Kemajuan dalam layanan

Para dokter gigi terus berupaya memahami karakteristik dari virus SARS-CoV-2 dan standar pencegahan penularan guna mempersiapkan diri dalam melakukan praktik kedokteran gigi yang aman.

Saat ini, telah ada berbagai penyesuaian dalam tata kelola ruang praktik, alur dan tata cara pengerjaan pasien termasuk penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk menurunkan risiko dokter gigi, perawat gigi, pasien, dan lingkungan sekitarnya.

Saat ini, fasilitas kesehatan tingkat pertama sudah kembali melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam gedung dengan mengikuti Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 yang berlaku.

Namun, layanan di luar gedung seperti Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) serta Upaya Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) masih belum dapat dilakukan sepenuhnya.

Penyesuaian praktik dan layanan semakin diperkuat dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, misalnya teledentistry (konsultasi dokter gigi jarak jauh).

Selain teledentistry, berbagai inovasi program UKGM dan UKGS melalui aplikasi berbasis digital terus dikembangkan sehingga materi edukasi tetap tersampaikan.

Salah satu contohnya adalah adalah aplikasi edukasi pencegahan penyakit gigi dan gusi berbasis website yang dapat diunduh masyarakat melalui ponsel.

Edukasi disampaikan melalui website yang terdiri atas fitur-fitur kesehatan gigi dan mulut. Masyarakat dapat mengakses website tersebut secara gratis lalu memilih fitur edukasi sesuai dengan keinginannya.

Pada umumnya, fitur yang tersedia dalam aplikasi di antaranya adalah pengingat (reminder) waktu sikat gigi; pengingat waktu kunjungan ke dokter gigi; kumpulan video edukasi dan infografis tentang penyakit gigi dan gusi; materi kesehatan gigi dan mulut; fitur konsultasi dengan tenaga kesehatan; dan visualisasi perbandingan rongga mulut yang sehat dan yang tidak.

Aplikasi juga dilengkapi dengan kuis untuk mengevaluasi pemahaman masyarakat terhadap materi edukasi kesehatan gigi dan mulut.

Selama pandemi, upaya pencegahan penyakit gigi dan gusi sejak dini dilakukan melalui program UKGS dengan memberdayakan guru untuk membantu kegiatan pengawasan kesehatan gigi dan mulut anak melalui data foto gigi anak serta membagikan tautan kuesioner daring kesehatan gigi anak.

Guru-guru dibekali dengan materi video dan tutorial bagaimana melakukan foto gigi anak yang tepat dalam lima posisi berbeda dan bagaimana menggunakan aplikasi penyimpan foto.

Pada gilirannya, para guru dapat memandu orang tua murid untuk mengunggah data foto gigi. Penanggung jawab UKGS selanjutnya melakukan diagnosis dari foto yang dikumpulkan, menginput data klinis untuk dianalisis, mengolah dan menyajikannya sebagai sebagai data status kesehatan gigi anak.

Terus menjaga kesehatan

Karena situasi dan perkembangan pandemi belum mereda, kita berharap berbagai upaya dan inovasi layanan kesehatan gigi yang telah dikembangkan dapat terus digunakan pasca pandemi.

Ke depan, masyarakat dapat secara lebih mandiri memelihara kebersihan gigi dan mulut guna mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut.

Masyarakat juga dapat terus memanfaatkan fasilitas teledentistry dan merawat gigi dan mulut ke fasilitas pelayanan kesehatan bila memerlukan.

Kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut serta ketersediaan layanan protokol kesehatan di fasilitas kesehatan dapat mengurangi kenaikan kasus penyakit gigi dan gusi di Indonesia.

baca juga https://devysintayulianti.blogspot.com/2022/11/arsitektur-kesehatan-global-indonesia.html


ARTIKEL PEMINATAN

 Peran K-pop terhadap Siswa Masa Kini dan Dampaknya dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Pendahuluan

 A. Latar Belakang 
    Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi juga berkembang dengan pesat akibat adanya arus globalisasi. Globalisasi adalah proses kebudayaan yang mendunia, sehingga mengakibatkan interaksi antara negara-negara di dunia menjadi semakin terbuka dan bebas tanpa ada batasan. Hal ini menyebabkan banyak budaya asing yang masuk ke dalam negeri secara cepat dan berkembang dengan pesat. Budaya yang saat ini sedang berkembang dan banyak digemari siswa di Indonesia adalah budaya Korean Wave atau Hallyu, salah satunya adalah musik K-pop. K-pop menjadi musik favorit di kalangan remaja karena memiliki keunikan dan ciri khas dengan musik beat dan tariannya yang enerjik. 
    Musik pop Korea pertama kali muncul pada tahun 1930-an akibat masuknya musik pop Jepang yang mempengaruhi unsur awal musik pop di Korea. Berbagai produk budaya Korea mulai dari drama, film, lagu, fashion, gaya hidup produk-produk industri mulai mewarnai kehidupan masyarakat di berbgai belahan dunia. Budaya Korea berkembang sangat pesat dan meluas serta diterima publik sampai menghasilkan sebuah fenomena demam Korean Wave atau Hallyu. 
    Dengan munculnya budaya K-pop di Indonesia, sikap fanatisme terhadap Idol K-pop juga semakin besar dan meningkat. Siswa menjadi terdorong untuk melakukan imitasi atau meniru kebudayaan Korea dan meniru sesuatu yang berkaitan dengan bias Idol K-pop mereka. Bias adalah seseorang yang dijadikan idola dari suatu boyband atau girlband K-pop. Perilaku imitasi atau meniru adalah salah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh masyarakat untuk dapat menyesuaikan tingkah lakunnya sesuai dengan fenomena sosial yang ada. 
    Berkembangnya K-pop di Indonesia mengakibatkan siswa menjadi memiliki perubahan perilaku dan perubahan gaya hidup. mereka menjadi konsumtif dan hedonis. Siswa sering membeli merchandise yang berkaitan dengan Idol K-pop atau biasnya. Selain itu, siswa juga mengikuti dunia entertainment Korea, mereka juga memilih fashion ala Korea dan mempelajari tulisan Hangul Korea. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pergeseran budaya dan siswa menjadi lebih mencintai budaya K-pop daripada budayanya sendiri.
 B. Rumusan Masalah : 
    1. Bagaimana peran dan dampak budaya K-pop terhadap siswa pada masa kini? 
    2. Apa dampak positif dan negatif K-pop bagi siswa? 
C. Tujuan Penulisan 
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peran dan dampak positif maupun negatif budaya K-pop terhadap siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Metode

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggunakan data yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata, menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan studi literature dari media internet dan dengan metode wawancara dengan narasumber. Peneliti ingin mendeskripsikan atau menjelaskan peran dan dampak positif maupun negatif K-pop terhadap siswa pada masa kini. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan analisis isi, yaitu dengan melakukan analisis secara langsung terhadap artikel jurnal dan sumber dari media internet.
    Sumber data penelitian ini adalah dari artikel jurnal yang membahas tentang budaya K-pop dan informasi dari media internet tentang K-pop dan hasil wawancara dari narasumber. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan studi literature dari media internet dan wawancara dengan narasumber.

3. Hasil dan Pembahasan

    Munculnya demam korea yang sering disebut dengan Koren Wave atau Hallyu memiliki 3 macam, salah satunya adalah musik K-pop. Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global diseluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia, yang secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea Selatan. Musik K-pop yang ada tidak hanya dari boyband atau girlband tetapi juga ada artis solois. Konsep yang digunakan dalam K-pop juga sangat berbeda dan unik dengan musik di Negara lain. Berkembangnya musik K-pop di kalangan remaja tentu saja sangat berperan bagi remaja di dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat berdampak bagi perkembangan siswa. Sesuai dengan judul artikel, yaitu “Peran K-pop terhadap Siswa Masa Kini dan Dampaknya dalam Kehidupan Sehari-hari” maka akan dibahas apa saja peran dan dampak K-pop terhadap siswa di masa kini.
    Peran K-pop terhadap siswa sangat besar, dengan adanya media internet siswa menjadi lebih cepat dan aktif dalam mendapatkan informasi. Seperti pada saat ini, siswa mengerti tentang musik Kpop melalui media sosial seperti instagram, twitter, facebook, youtube, vlive, dan aplikasi lainnya. Siswa menjadi aktif dalam mencari informasi tentang K-pop di media sosial dan hal ini dapat menyebabkan kecanduan sehingga siswa akan mencari lebih banyak lagi informasi yang berkaitan dengan K-pop karena informasinya sangat luas. 
    K-pop membawa dampak positif, yaitu sebagai media hiburan siswa untuk pelepas penat setelah sekolah seharian penuh. Siswa memiliki kewajiban untuk belajar, tetapi refreshing otak sangat diperlukan bagi siswa karena jika siswa terus dipaksa untuk belajar dapat menyebabkan stress, depresi, sakit dan gangguan kesehatan lainnya. Dengan mendengarkan musik atau melihat MV dari idol K-pop dapat meningkatkan semangat siswa sehingga siswa mendapatkan energinya lagi setelah pulang sekolah. Seperti yang dikatakan Maya siswa kelas 11 SMA “Setiap hari saya selalu streaming di youtube melihat konser BTS, EXO, NCT dan melihat MV dari lagu mereka, selain itu saya juga follow akun instagramnya baik yang asli maupun fanpage jadi saya bisa tahu dan melihat perkembangan bias saya dan hal ini dapat menjadi moodbooster saya dalam menjalani hari-hari.” 
    Selain itu, siswa juga dapat terinspirasi dari sosok idol K-pop dan menjadikan mereka sebagai teladan atau panutan. Alasan mereka menjadikan sebagai sosok yang menginspirasi adalah karena kegigihannya, perjuangannya saat ikut audisi dan trainee, latihan yang keras sampai menjadi idol Kpop yang sangat besar dan terkenal. Trainee adalah pelatihan bagi idol yang akan debut. Bahkan banyak idol K-pop yang sakit dan depresi karena terlalu keras dalam berlatih untuk mempersiapkan debutnya. Debut adalah waktu pertama kali idol K-pop muncul di dunia entertainment.
    Lagu-lagu yang diciptakan oleh idol K-pop juga dapat dijadikan sebagai semangat, motivasi dan inspirasi di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, tempo lagu-lagu K-pop juga up-beat dan enerjik sehingga dengan mendengarnya saja sudah dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar dan membawa kesenangan tersendiri bagi siswa K-popers. Seperti yang dikatakan oleh Rani siswa kelas 11 SMA bahwa ia suka mendengarkan lagu-lagu K-pop karena dengan mendengarkan lagu-lagu K-pop yang ceria ia juga menjadi ceria, tetapi jika mendengarkan lagu yang sedih ia juga ikut sedih seperti dalam lagu yang didengar. Rani juga mengatakan bahwa ia sangat suka lagu BTS yang berjudul Answer karena dalam lagu tersebut mengajarkan tentang “how to love myself” dan ia juga menyukai lagu Epiphany karena terdapat lirik “Im the one I should love in this world” yang mengajarkan bahwa ia harus mencintai diri sendiri sebelum mencintai orang lain.
    Siswa dapat terinspirasi dari idol K-pop atas perjuangannya yang tidak mudah, mereka belajar tentang proses dalam mewujudkan cita-cita melalui idolnya. Menjadi artis atau idol di Korea harus melalui proses seleksi agar diterima di suatu agensi suatu management, setelah lolos seleksi mereka harus tinggal di asrama, mengikuti program trainee, sambil tetap bersekolah, tidak jarang mereka juga harus melakukan kerja sambilan untuk membiayai hidup mereka di asrama. Masa untuk trainee juga berbeda-beda antara satu idol dengan idol lainnya tergantung keputusan dari agensi untuk didebutkan. Oleh karena itu, salah satu alasan siswa senang dengan K-pop adalah karena idolnya benar-benar berjuang dan hal inilah dapat dijadikan siswa sebagai inspirasi dan motivasi dalam mengejar cita-cita.
    Dampak positif lainnya adalah menambaah wawasan siswa terhadap budaya Korea, dengan mengikuti informasi yang berkaitan dengan idolnya siswa menjadi mengerti dan lebih mengenal kebudayaan korea. Mereka juga mempelajari bahasa Korea dan tulisan Hangul Korea karena berkembangnya K-pop. Siswa sering menonton talkshow yang menampilkan idolnya, walaupun mereka menggunakan bahasa Korea yang tidak dimengerti oleh siswa, sehingga siswa terdorong untuk mempelajarinya agar mereka paham apa yang dibicarakan pada acara tersebut. Siswa juga mulai menerapkan dan menggunakan bahasa Korea dalam kehidupan sehari-hari, contohnya seperti annyeong yang artinya halo, nee yang artinya baik, saranghae yang artinya saya cinta kamu, dan sebagainya.
    Dengan adanya K-pop siswa menjadi kurang tertarik untuk berpacaran karena mereka menganggap bias mereka seperti pacar mereka atau berhalusinasi tentang biasnya. “menurut saya Kpop mampu dijadikan sebagai pengalih perhatian saat saya sedang patah hati dan galau. Saat saya badmood hanya dengan menonton perfomance atau mendengarkan lagu K-pop saya sudah senang dan tidak badmood lagi.” kata Maya. Selain itu Nisrina juga mengatakan bahwa ia tidak masalah jika tidak memiliki pacar karena hanya dengan melihat bias atau idol K-pop ia mengaku sudah bahagia dan lupa dengan hal pacaran. Dengan adanya K-pop siswa dapat menambah teman dari berbagai daeah bahkan luar negeri melalui komunitas dan grup chat di media sosial dari fandom yang sama, fandom adalah nama penggemar dari idol K-pop misalnya seperti fandom BTS bernama Army, fandom EXO bernama EXO-L,fandom NCT bernama NCTzen.
    Siswa juga menjadi paham bagaimana kasus bullying di Korea karena belakangan ini banyak idol K-pop yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri akibat bullying dari haters. “saya jadi tahu bagaimana susahnya menjadi public figure dan tidak semua orang itu baik di dalam kehidupan, dan saya menjadi paham bahwa di Korea kasus bullying benar-benar serius dan mampu menyebabkan down bahkan sampai bunuh diri.” kata Wulan siswa kelas 11 SMA.
    Karena sikap rasa ingin tahu yang kuat, siswa juga sering mencari tahu tentang biasnya atau idolnya dalam segi apapun, contohnya seperti keluarganya, data dirinya, jadwal konser, jadwal fanmeeting, Vlive atau siaran langsung, dan sebagainya. Internet sangat berperan untuk melengkapi keingintahuan siswa yang lebih mengenai K-pop atau idolnya. Melalui situs-situs resmi perusahaan entertainment Korea, situs jejaring sosial, serta blog-blog mengenai Korea merupakan sarana paling mudah dan cepat menyebarnya Korean wave secara internasional. Beragamnya informasi yang disajikan internet mengenai Korean wave menjadikan siswa aktif dalam mencari informasi yang dibutuhkan.
    Selain memiliki dampak positif, tentu saja K-pop juga memiliki dampak negatif antara lain dapat mengakibatkan siswa berperilaku imitasi atau meniru, seperti meniru gaya rambut, warna rambut, style fashion, make up, dan masih banyak lagi. Budaya asing juga memiliki hal yang kurang bahkan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, misalnya banyak wanita idol K-pop Korea yang berpakaian terbuka, hal ini tidak sesuai jika digunakan di Indonesia karena tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia dan menentang nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Seperti yang dikatakan Nastiti siswa kelas 12 SMA bahwa ia suka meniru make up Korean look yang natural dan flawless seperti jisoo Blackpink dan suka membeli style fashion Korea karena ingin terlihat sama dengan idolnya. Hal ini mampu mengakibatkan lunturnya budaya Indonesia karena siswa lebih senang dengan budaya Korea.
    K-pop menjadikan siswa boros, konsumtif, dan hedonis. Seringnya siswa mendengarkan lagu, menonton dan streaming performance, MV, drama, acara entertainment, talkshow tentang idol K-pop atau biasnya karena mereka senang tentu saja mengakibatkan siswa boros kuota, rela menghabiskan waktu demi biasnya seperti yang dikatakan Maya “jika sudah menonton K-pop suka lupa waktu dan tiba-tiba kuota habis jadi boros kuota dan boros uang.”
    Dampak lainnya, siswa juga boros dalam berbelanja merchandise K-pop, album, poster, photocard, boneka, dan hal lainnya yang berkaitan dengan idol K-popnya. Oleh karena itu, siswa menjadi memiliki gaya hidup yang konsumtif karena mereka rela membeli apapun yang berkaitan dengan idolnya. Seperti halnya Galuh mengatakan bahwa ia suka membeli merchandise K-pop, slogan dan album dari idolnya dengan harga yang mahal, harga satu album adalah Rp 850.000,00. Galuh sadar bahwa membeli merchandise dan album K-pop sangat menguras uang saku dan uang tabungannya, tetapi ia tetap melakukan karena senang. Siswa juga memiliki keinginan dan banyak siswa yang rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk menonton konser idol-Kpop.
    Siswa juga memiliki keinginan untuk menonton konser, fansign dan melakukan fanmeeting dengan idolnya karena mereka ingin bertemu langsung dengan idolnya. Harga tiket konser K-pop yang paling murah sekitar Rp 1.500.000,00 ke atas tergantung artis yang menggelarnya. Berkembangnya Kpop di Indonesia juga mengakibatkan muncul banyaknya restoran Korea yang menjual makanan khas Korea seperti kimchi, tteokbokki, ramen, dan lain-lain.
    Siswa yang suka K-pop juga menjadi bucin (budak cinta), yaitu rela melakukan apapun demi biasnya seolah-olah mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan. Siswa K-popers juga suka berhalusinasi menganggap biasnya adalah pacarnya, menganggap biasnya adalah jodoh di masa depan. Hal ini biasa dilakukan oleh siswa K-popers dan berdampak pada pola pikir dan tingkah laku siswa karena siswa menjadi seperti memiliki dunia sendiri dari halusinasinya. Siswa juga berubah menjadi individualisme saat mereka menjadi fangirl atau fanboy karena mereka asyik dengan dunianya sendiri.
    Seringnya siswa melakukan fangirl atau fanboy dengan menonton streaming MV atau menonton hal yang berkaitan dengan biasnya, siswa menjadi lupa waktu sehingga konsentrasi belajar siswa menurun karena terus berpikir tentang biasnya, tentang comeback dan sebagainya. Comeback berarti grup idol kembali merilis sebuah lagu atau album, siswa menjadi malas belajar jika sudah asyik dengan dunia K-pop. Siswa menjadi kecanduan untuk menonton K-pop tentang biasnya dan jika tidak melakukannya satu hari saja mampu menyebabkan adanya perubahan dari siswa seperti mood yang menurun. Di dunia K-pop juga sering terjadi fanwar yaitu adanya perseteruan atau konflik antar fandom.
    Berkembangnya K-pop di Indonesia membawa pengaruh dalam dunia hiburan Indonesia, yang sebelumnya didominasi oleh band menjadi didominasi oleh boyband dan girlband contohnya seperti Sm*sh, Cherrybelle, 7icon, Coboy Junior dan sebagainya, selain itu banyak siswa yang melakukan dance cover dari idol boyband atau girlband kesukaannya dan mengunggahnya di media sosial hal ini dapat menyebabkn lunturnya budaya Indonesia, karena tarian daerah sudah jarang ditampilkan dan siswa lebih menyukai dance cover Korea seperti idolnya. Bahkan saat ini, banyak munculnya audisi dan perlombaan dance cover di Indonesia.

 4. Simpulan

    Budaya musik K-pop yang berkembang di Indonesia memiliki peran yang sangat besar di kalangan pelajar dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. K-pop membawa perubahan di masyarakat khususnya bagi siswa, seperti perubahan pola pikir dan tingkah laku dan K-pop memiliki dampak yang besar bagi siswa baik dari segi positif maupun negatif. Selain membawa dampak bagi siswa, Kpop juga membawa dampak di lingkungan siswa seperti adanya restoran Korea dan tarian dance cover K-pop yang mampu mengakibatkan lunturnya budaya Indonesia. Oleh karena itu, seharusnya kita mencintai budaya Indonesia dengan cara mencintai produk dalam negeri, mencintai musik Indonesia, dan melestarikan budaya Indonesia dengan mengeksistensikan dan mengaktualisasikan kebudayaan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Jika suka dengan K-pop seharusnya tidak berlebihan dan tidak bersikap fanatik yang berlebihan.

baca juga https://devysintayulianti.blogspot.com/2022/11/artikel-peminatan.html

Profil Puskesmas Langara

 UPTD PUSKESMAS LANGARA



UPTD Puskesmas Langara merupakan sebuah puskesmas induk terletak di kecamatan Wawonii Barat berada di Jalan Poros Langara Lansilowo,dengan luas wilayah kerja keseluruhan 130 km2.

Gambar 1. Peta Wilayah

 


Wilayah kerja puskesmas langara terdiri dari 15 desa dan 1 kelurahan yaitu Desa Langara Bajo, Langara tanjung batu, Langara indah, Langkowala, Langara iwawo, Lantula, Mata langara, Pasir putih,Lamoluo, Lanowatu, Bukit permai, Mata baho, Wawolaa, Wawobili, Kawa-kawali, dan Kelurahan Langara laut.

Puskesmaas langara di pimpin oleh Irpan, S.Si sebagai kepala pusksmas. memiliki jumlah pegawai 80 orang dengan jumlah PNS sebanya 36 orang dan jumlah honorer sebanyak 41 orang  2 Dokter Umum dan 1 Dokter Gigi.

baca juga https://devysintayulianti.blogspot.com/2022/11/profil-puskesmas-langara.html

Arsitektur Kesehatan Global

  Arsitektur Kesehatan Global Indonesia telah berhasil melewati pandemic Covid-19, menjadi momen yang tidak bisa dilupakan, dua tahun sudah ...